Takkan Ku pungkiri jika saat itu kita harus bertemu. Tak Ku pungkiri jika akhirnya aku harus menaruh simpati. Tak ada yang mengatur kecuali hanya karena-Nya. Semuanya pasti bermaksud. Semakin kenal hingga kita begitu dekat. Saling berbagi dan coba untuk saling memahami diri masing-masing. Sedikit aku tau bagaimana hatimu juga kisah sekelilingmu. Hatimu pernah hancur. Dirimu pernah disakiti oleh seseorang sebangsa kaumku. Aku berempati. Semoga hatimu setegar batu karang.
Kini saat batas waktu itu hampir habis. Kita saling mengasingkan diri. Engkau sangat baik hingga tak mau menyakiti hatiku. Engkau sadar betul perpisahaan ini sangatlah berat. Cukup disini pada batas peristiwa ini kisah kita diakhiri. Hingga pada saatnya nanti kita kembali terbiasa.
Kita tau kita tak mungkin menyatu
Tapi jangan pernah menyesali
Hidup dan nasib kita mungkin beda
Tapi tidak dalam cinta
Semoga kita masih bisa berkata jujur
Hingga hati dan perasaan itu tak harus mati
Biarkan rasa itu tetap hidup
Disini, di dasar hati terdalam
Akhiri ini dengan indah
Walau harus dengan air mata
Setidaknya kita tlah berusaha
Mengungkapkan segala rasa
Dalam cerita sepi aku menanti. Saat kau tak lagi disini aku menikmati sunyi. Aku menunggumu dipenghujung malam, bersama adzan subuh serta bintang yang terlambat pulang. Saat itu masihkah kita bisa saling mengingatkan, mengajakmu untuk tidak lupa makan dan mengucapkan selamat malam. Sepertiga cahaya bulan menghias angkasa hitam. Bulan Agustus yang dingin, ketika tak lagi aku temukan tatap mata yang menyatu. Aku kehilangan senyum itu. Ohh Tuhan jangan ambil semua itu dariku…[]
[Tanjung Karang, 28 Juni – 27 Agustus 2005]
Kini saat batas waktu itu hampir habis. Kita saling mengasingkan diri. Engkau sangat baik hingga tak mau menyakiti hatiku. Engkau sadar betul perpisahaan ini sangatlah berat. Cukup disini pada batas peristiwa ini kisah kita diakhiri. Hingga pada saatnya nanti kita kembali terbiasa.
Kita tau kita tak mungkin menyatu
Tapi jangan pernah menyesali
Hidup dan nasib kita mungkin beda
Tapi tidak dalam cinta
Semoga kita masih bisa berkata jujur
Hingga hati dan perasaan itu tak harus mati
Biarkan rasa itu tetap hidup
Disini, di dasar hati terdalam
Akhiri ini dengan indah
Walau harus dengan air mata
Setidaknya kita tlah berusaha
Mengungkapkan segala rasa
Dalam cerita sepi aku menanti. Saat kau tak lagi disini aku menikmati sunyi. Aku menunggumu dipenghujung malam, bersama adzan subuh serta bintang yang terlambat pulang. Saat itu masihkah kita bisa saling mengingatkan, mengajakmu untuk tidak lupa makan dan mengucapkan selamat malam. Sepertiga cahaya bulan menghias angkasa hitam. Bulan Agustus yang dingin, ketika tak lagi aku temukan tatap mata yang menyatu. Aku kehilangan senyum itu. Ohh Tuhan jangan ambil semua itu dariku…[]
[Tanjung Karang, 28 Juni – 27 Agustus 2005]
Ungu Violet
Reviewed by Suheri
on
Saturday, August 27, 2005
Rating:
No comments: