Setiap kita lari akan membawa cerita tentang jalur yang pernah kita pijaki. Dari sekian itu, satu atau dua bisa jadi adalah tempat lari yang memiliki kesan dengan ceritanya sendiri. Pernahkah kamu hitung berapa track yang sudah dilintasi?
Aku juga lupa. Tapi aku coba mengingat-ingat lagi, dimana saja aku berlari dan ada cerita apa didalamnya.
Aku juga lupa. Tapi aku coba mengingat-ingat lagi, dimana saja aku berlari dan ada cerita apa didalamnya.
1. Desa Sumber (Kebon Tebu)
Pagi, saat masuk jam pelajaran pertama, guru olahraga membariskan murid SD kelas 5 di halaman SDN IPPOR Sumber. Semua murid segera bergegas. Kegiatan olahraga hari itu dijadwalkan olahraga keluar sekolah. Pak guru mulai menyampaikan beberapa info mengenai kegiatan hari ini.
Start dari halaman sekolah, Komplek 42 PG Jatitujuh, kebon tebu, lapangan bengkok, lalu kembali lagi ke sekolah.
Murid laki-laki selalu menjadi yang paling aktif di depan. Lari sana-sini sambil sesekali saling kejar-kejaran. Sementara murid perempuan bejalan dibelakang didampingi pak guru. Sampai di komplek 42 kami istirahat sejenak dibawah tegakan akasia yang cukup rindang.
Sampai di area perkebunan tebu, aku dan beberapa rekanku sepakat adu kecepatan. Siapa yang paling duluan sampai dilapangan bengkok dialah juaranya dan harus nraktir siomai mang idin setibanya disekolahan nanti.
Sampai di area perkebunan tebu, aku dan beberapa rekanku sepakat adu kecepatan. Siapa yang paling duluan sampai dilapangan bengkok dialah juaranya dan harus nraktir siomai mang idin setibanya disekolahan nanti.
Adalah To'ev saingan terberatku saat itu. Anaknya ceking, tinggi dan kurus. Dia larinya kencang susah untuk diimbangi. Aku nyaris menyerah tapi lapangan bengkok tinggal beberapa meter lagi. Kami berdua meninggalkan rekan-rekan yang lain dan terus berlari sekencang-kencangnya. Tubuh kami terhempas diantara rumput liar yang tumbuh tinggi dilapangan bengkok. Kami tertawa puas dengan napas yang masih terengah. Tidak ada yang kalah atau pun yang menang. Aku dan Toev tiba dilapangan bengkok bersamaan.
Pak Guru menyuruhku dan beberapa rekan yang sudah tiba lebih dulu untuk melanjutkan perjalanan menuju ke sekolahan. Siomay mang idin menunggu dipinggir halaman sekolah.
Pak Guru menyuruhku dan beberapa rekan yang sudah tiba lebih dulu untuk melanjutkan perjalanan menuju ke sekolahan. Siomay mang idin menunggu dipinggir halaman sekolah.
2. Alun-alun Majalengka
Lari di Majalengka sebenarnya sangat jarang dilakukan. Karena setiap weekend saya harus mudik ke Sumber. Baru lari pas week end ada di Majalengka. Lari disini cukup nyaman. Tahun 1997-1998 Majalengka masih sepi sepeda motor. Paling kendaraan yang ramai saat itu hanya angkot kuning yang sesekali lewat cari penumpang.
Dimulai dari kos-kosan di Babakan Jawa menuju Jalan Suma terus ke barat sampai pertigaan Jalan Imam Bonjol belok ke kanan. Dari jalan Imam Bonjol terus ke utara sampai perempatan Jalan Siti Armilah lalu belok ke kanan menuju Alun-alun Majalengka.
Di Alun-alun ini lari-nya lumayan rada lama. Keliling untuk beberapa putaran dan berhenti kalau sudah merasa capek. Alun-alunnya dulu enak, ngga kaya sekarang yang penuh sama orang jualan. Lapangan di Alun-alun juga terbuka, dibuat lari masih nyaman. Kalo sekarang sih ngga tau. Udah banyak yang jualan, lapangan makin sempit trus track lari juga kayaknya udah ngga ada.
3. Kampus IPB Dramaga
Kampus IPB Dramaga menjadi salah satu tempat yang paling nyaman buat lari. Selain jalannya mulus, dikampus IPB ini juga sangat rindang. Kendaraan ngga terlalu banyak. Saat itu untuk bisa lari memutari kampus kayaknya adalah hal yang paling luar biasa.
Dari kos-kosan di Babakan Tengah kita jalan lewat belakang menuju Gymnasium buat pemanasan. Pemanasan di area parkir gymnasium. Selesai pemanasan lalu dilanjutkan lari menuju Fahutan, Al-Huriyah, Fapet, FKH, Rektorat, GWW dan finish lagi di Gymnasium. Kadang berhenti di Gymnasium kadang belok kanan lewat Grawida.
Lebih suka lewat Grawida sih, sambil jalan pulang biasanya suka tengok kanan-kiri cari jajanan di pasar kaget. Minggu diarea ini suka banyak yang jualan. Saking banyaknya jadi kaya semacam pasar. Jajanannya banyak, murah dan macam-macam.
Lebih suka lewat Grawida sih, sambil jalan pulang biasanya suka tengok kanan-kiri cari jajanan di pasar kaget. Minggu diarea ini suka banyak yang jualan. Saking banyaknya jadi kaya semacam pasar. Jajanannya banyak, murah dan macam-macam.
Someday kalo sampai balik kampus lagi nih, impian terbesarku pengen lari lagi keliling kampus IPB Dramaga sekuatnya. Aamiin.
4. Kebun Raya Bogor
Kosanku di Dramaga, kalo pengen lari di Kebun Raya berarti mesti berangkat subuh. Padahal bangun pagi-pagi yang notabene hanya buat lari pagi adalah sesuatu yang mustahal (saat itu). Nah kebeneran nih ya, saat itu aku lagi ada acara pelatihan di kebun raya, trus acaranya tersebut mengharuskan nginep disana juga. Hepi banget. Langsung aja niatan lari di KRB jadi agenda utamanya.
Sementara temen-temen yang lain masih pada sibuk sarapan pagi. Aku sudah melaju mengayunkan kakiku melintasi jalanan KRB yang begitu sejuk. Sudut-sudut jalan di KRB yang sebenarnya sudah sangat aku hapal, aku lewati sambil tidak henti-hentinya menghirup aroma harum pohon kenari dan ratusan aroma lainya yang keluar dari ratusan koleksi pohon di KRB.
Sampai saat ini, selama aku berlari belum ada tempat yang bisa menandingi tempat ini. Di KRB aku hanya sekali berlari, tapi entah berapa ribu kali kakiku pernah melangkah disana.
5. PKOR Way Halim - Bandar Lampung
Kalo tidak karena jenuh bekerja, mungkin aku tidak akan pernah coba berlari disini. Males karena capek bekerja adalah musuh terbesarku untuk bergerak dihari minggu. Pemaksaan itu dimulai dengan olahraga bareng dengan rekan-rekan satu kerjaan. Mulai dari bulutangkis, sepakbola sampai sepedaan. Namun kegiatan ini sedikit demi sedikit mulai pudar karena beberapa rekan mulai tidak bisa olahraga bersama lagi.
Minggu pagi, aku coba main-main ke PKOR Way Halim. Disana rame juga, banyak yang olahraga. Jadi gatel pengen ikutan lari. Karena ngga punya sepatu lari, jadi larinya pake sepatu futsal hitam garis merah merk FILA. Awal-awal cuma kuat 3 putaran, kemudian naik jadi 5 putaran dan bertahan diangka tersebut. Ngga bisa nambah lagi.
Dulu sih kalo setiap lari ngitungnya banyaknya putaran. Ngga kaya sekarang, tekhnologi sudah pada canggih. Lari pake aplikasi, jam tangan berGPS, jersey sama sepatu juga ngga mau kalo bukan yang bener-bener buat lari. Tapi dampak larinya lumayan juga sih. Ada peningkatan.
Sekarang, olahraga lari sudah jadi tren bahkan sudah jadi gaya hidup, gaya hidup sehat dan itu bagus buat masyarakat indonesia. Jangan malas, ayo bergerak. Cari tempat-tempat lari yang baru dan temukan cerita seru disetiap langkah kakimu.
Disini Pernah Berlari
Reviewed by Suheri
on
Thursday, November 29, 2018
Rating:
Thank you for information
ReplyDelete