JAKA TARUB

Tujuh bidadari itu turun dari langit dengan meniti pelangi, sebuah busur warna-warni yang menghubungkan langit dengan telaga. Jaka tarub tiarap di balik gerumbul semak-semak, di belakang sebongkah batu dan tangannya menggaet selendang salah satu bidadari.


Akhirnya Nawangwulan tertinggal di bumi karena ia tidak menemukan selendangnya dan kemudian kawinlah ia dengan Jaka Tarub, si pencuri selendang yang menawarkan cinta kepada bidadari yang tak bisa pulang itu. Keduanya kemudian menikah dan hidup makmur karena Nawangwulan seorang bidadari. Ia memiliki tuah yang menyebabkan padi di lumbung tak pernah berkurang sungguhpun setiap hari mereka menanak nasi. Beberapa waktu selanjutnya mereka punya anak dan hidup berangsur-angsur menjadi sulit karena Jaka Tarub melanggar pesan istrinya.


Nawangwulan meninggalkan Jaka Tarub ketika padi dilumbung sangat menipis dan ia menemukan selendangnya di lumbung yang nyaris kosong. Rupanya Jaka Tarub menyembunyikan selendang itu di bawah tumpukan padi di lumbung dan selendang itu muncul ketika padi dilumbung tidak lagi bisa menutupinya.


Segera Nawangwulan mengenakan selendang itu dan terbang ke langit menggendong anaknya. “Kalau kau merindukan kami, keluarlah pada setiap purnama. Pandanglah bulan, aku ada disana bersama anak kita pada setiap purnama” pesan1 Nawangwulan kepada suaminya. []


Nilai + :
Jaka Tarub memang menjengkelkan, sebab ia mencuri selendang dan kemudian melanggar pesan istrinya. Di luar semua itu, usaha pemuda desa itu sungguh mengagumkan. Setidaknya ia telah melakukan sesuatu untuk mencari jalan keluar bagi cintanya yang rumit. Ia telah mewujudkan mimpinya.


Disadur dari Novel Cinta Silver [AS LAKSANA]
JAKA TARUB JAKA TARUB Reviewed by Suheri on Monday, January 02, 2006 Rating: 5

No comments:

Top Category 1

Powered by Blogger.