Berapa jumlah pelanggan yang kita puas? Apakah tingkat kepuasan
pelanggan kita naik atau turun? Apakah kepuasan pelanggan kita lebih
tinggi dibandingkan kepuasan pelanggan pesaing? Berapakah target
kepuasan pelanggan di masa mendatang?
Tanpa melakukan pengukuran tingkat kepuasan pelanggan, tidaklah
mungkin ke-empat pertanyaan di atas dapat dijawab. Karena itu,
perusahaan yang percaya bahwa kepuasan pelanggan adalah hal yang
penting, haruslah mengagendakan program pengukuran kepuasan pelanggan
secara periodik. Hasil utama dari pengukuran kepuasan ini adalah
dihasilkannya sebuah indeks kepuasan pelanggan yang dapat memberikan
jawaban atas 4 pertanyaan tersebut.
Bicara mengenai indeks, yang sering kita bayangkan adalah sederetan
formula yang sangat rumit. Sebenarnya, hal ini tidaklah selalu demikian.
Menyusun suatu indeks kepuasan pelanggan, bisa menggunakan metode yang
paling sederhana hingga metode yang sangat rumit. Indeks kepuasan yang
digunakan dalam Indonesian Customer Satisfaction Award atau ICSA
misalnya, adalah contoh indeks kepuasan yang relatif kompleks. Indeks
ini disusun berdasarkan formula yang melibatkan analisa mutivariate
seperti multiple regression.
Metode yang sederhana untuk menyusun indeks adalah dengan
menggunakan pengukuran langsung berdasarkan hasil jawaban terhadap
pertanyaan kepuasan pelanggan. Dalam hal ini, untuk menghasilkan
indeks, tidak diperlukan penggunaan rumus-rumus yang rumit atau analisa
statistik tingkat lanjut. Jumlah pertanyaan dapat hanya satu
pertanyaan seperti “bagaimanakah kepuasan Anda secara keseluruhan
terhadap produk X atau pelayanan Y atau perusahaan Z”.
Bisa juga digunakan lebih dari satu pertanyaan. Misalnya, ditanyakan
kepuasan secara keseluruhan terhadap masing-masing driver kepuasan
pelanggan yaitu kepuasan terhadap produknya, terhadap pelayanannya dan
terhadap value atau harga yang diberikan oleh perusahaan itu. Setelah
itu, hasilnya kemudian dirata-rata dengan memperhatikan bobot dari
masing-masing driver kepuasan pelanggan.
Skala yang digunakan untuk menghasilkan indeks kepuasan pelanggan
biasanya adalah 4, 5,6,7 atau skala 10. Kriteria pertama dari skala yang
baik adalah sensitivitas. Oleh karena itu, skala kurang dari 4, jarang
digunakan karena kurang sensitif atau kurang mampu membedakan tingkat
kepuasan dari pelanggan. Misalnya, penggunaan skala binomial yaitu
dimana responden memberikan jawaban “puas” atau “tidak puas”, dirasakan
kurang halus dalam membedakan antara responden yang agak puas, puas dan
sangat puas.
Kriteria kedua adalah tingkat reliabilitas. Dalam hal ini, banyak
studi menunjukkan bahwa skala 5 dan 7, seringkali mempunyai tingkat
reliabilitas yang cukup tinggi. Dengan skala 5, maka kepuasan pelanggan
dibagi menjadi 5 kelompok yaitu respoden yang sangat tidak puas, tidak
puas, netral, puas dan sangat puas. Tak mengherankan, skala 5 dan 7,
adalah skala yang relatif favorit dalam pengukuran kepuasan pelanggan.
Skala 4 dan 6, biasanya disukai untuk para peneliti kepuasan
pelanggan yang menggunakan “mailing” sebagai cara untuk mengumpulkan
data. Dengan skala ini, tidak ada skor nilai tengah atau titik netral.
Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kecenderungan responden yang asal
isi dan memilih skor tengah dari skala yang digunakan.
Beberapa model pengukuran kepuasan pelanggan menggunakan skala 1-10.
Dengan skala ini, tidak diberikan nama untuk setiap skala tetapi hanya
kedua ujungnya saja yaitu skor 1 adalah sangat tidak puas dan skor 10
adalah sangat puas. Kelebihan dari skala ini adalah tingkat
sensitivitasnya yang tinggi. Kelemahannya, responden, terutama yang
tingkat pendidikannya tidak tinggi, akan mengalami kesulitan dalam
memilih dan seringkali membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan
skala lainnya.
Lalu bagaimana indeks dihasilkan ? Bila skala 1-5 digunakan, peneliti
dapat menghasilkan indeks dalam bentuk mean atau rata-rata. Penggunaan
indeks dengan nilai rata-rata ini sederhana tetapi kurang komunikatif
dalam prakteknya. Bagaimana CEO dapat memberikan interpretasi bahwa
tingkat kepuasan dari perusahaannya adalah 3.6 dari skala 1-5 ? Apakah
artinya ? Karyawan akan sangat sulit untuk memahaminya. Padahal, salah
satu cara untuk membuat indeks ini berharga adalah dengan
mengomunikasikan kepada seluruh karyawan agar mereka tahu posisi
perusahaan mereka dalam hal tingkat kepuasan pelanggan.
Karena itu, seringkali digunakan indeks dalam bentuk top two boxes
index yaitu jumlah responden yang memberikan jawaban puas atau sangat
puas. Jadi, bila indeks top two boxes menyatakan angka 80% maka dapat
di-interpretasikan bahwa jumlah pelanggan yang terpuaskan adalah
sebanyak 80% dan yang belum terpuaskan adalah 20%. Indeks semacam ini ,
lebih mudah dikomunikasikan. Bila skala yang digunakan adalah 1-7, bias
digunakan indeks top three boxes yaitu penjumlahan dari jumlah
responden yang menjawab skor 4, 5 dan 6.
Dalam situasi yang sangat kompetitif ini, perusahaan seringkali
tertarik melihat jumlah responden yang hanya benar-benar puas atau delighted customer.
Mengapa? Karena kelompok inilah yang ternyata benar-benar loyal.
Mereka yang hanya puas, tingkat loyalitasnya ternyata hanya sedang.
Sumber : www.marketing.co.id
Mengukur Kepuasan Pelanggan
Reviewed by Suheri
on
Monday, April 16, 2012
Rating:
No comments: